Bagaimana definisinya cukup membingungkan kan? Hal itulah yang sempat terlintas di pikiran saya. Waktu itu pak dosen memperkenalkan mikrokontroler AT89 (kalau saya nggak lupa) dan bahasa pemrograman yang digunakan adalah assembler. Wah.., assembler, bahasa apaan tuh? syntax nya aja ribet sekali, sangat sulit dimengerti dan rasanya tidak manusia sekali, karena lebih mendekati pada bahasa mesin.
Namun seiring berjalannya waktu, masuk semester 6, ada matakuliah sistem mikroprosesor dan dosen yang mengajar adalah dosen yang sama waktu mengajar matakuliah Orkom-Arkom. Dan pak dosen memberikan pendekatan dengan mikrokontroler kembali. Akhirnya saya kembali mempelajari mikrokontroler. Karena mikrokontroler itu cukup sulit untuk dipelajari, akhirnya saya mencari cara bagaimana agar saya dapat belajar mikrokontroler. Salah satu cara adalah saya harus mempunyai sis-min (Sistem Minimum) mikrokontroler dan saya terpaksa harus mengeluarkan modal untuk membelinya. Harganya lumayan mahal sih menurut saya.
Tapi dengan begitu akhirnya saya mulai memahami apa itu mikrokontroler. Dan ternyata mikrokontroler itu sangat menarik, karena banyak ide-ide kreatif dapat dikembangkan dengan mikrokontroler. Mikrokontroler dapat diaplikasikan untuk berbagai sistem kendali, robot, bahkan dalam dunia networking (alias Jar-Kom/ Jaringan Komputer).
Sebenarnya untuk membuat sebuah sistem minimum mikrokontroler itu sangat mudah, karena yang diperlukan hanya:
- Mikrokontroler, jenis dan merknya sangat variatif (seperti Atmel, PIC, Zilog, Intel, Motorola dsb). Pelajari saja salah satu, kalau saya sih baru belajarnya Atmel, karena mudah didapatkan dan banyak tutorialnya.
- Rangkaian osilator, jika akan menggunakan eksternal osilator. Biasanya rangkaian osilator terdiri dari Kristal dan Capasitor Keramik.
- Power Supply. Biasanya tegangan kerja mikrokontroler adalah 5 volt DC. Jadi cukup dengan menambahkan rangkaian regulator menggunakan IC 7805. Tapi ada juga beberapa mikrokontroler yang bekerja pada tegangan 3,3 volt DC.